(cyberblitar) Minggu, 08 September 2024, Kampoeng Cyber Blitar melanjutkan kegiatan Program Pemutaran Film Komunitas untuk yang ke 4 kalinya, pada kegiatan ini berlokasi di Pendopo Gedung Kesenian "Aryo Blitar" Jalan Kenari Kota Blitar. "Lakon Apik" yang bertajuk (RE) KREASI adalah program unggulan Kampoeng Cyber sebagai salah satu sarana untuk "literasi dan edukasi" ke berbagai elemen masyarakat melalui media film, dimana dalam setiap edisi selalu menyajikan tema yang berbeda sesuai dengan penonton yang menjadi sasaran.
Pada kesempatan Lakon Apik ke 4 ini, mengambil Tema "Desain Inklusif untuk Dunia yang Lebih Adil & Setara", dengan menghadirkan rekan - rekan dari Yayasan Neema Trenggalek, National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Cabang Blitar, PPDI Kota Blitar, Forum Blitar Kota Sehat (FBKS), Forum Komunikasi Kecamatan Sehat (FKKS) se Kota Blitar, Ketua Pokja Kelurahan Sehat se Kota Blitar, TKSK Kota Blitar se Kota Blitar, I-PSM se Kota Blitar.
Kegiatan dibuka oleh Edy Wasono, S. Sos, MM selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Blitar yang juga di hadiri oleh Kepala Bappeda Kota Blitar, Kepala Dinas Kesehatan Kota Blitar, Kepala Dinas Sosial Kota Blitar serta Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Blitar, diskusi dengan menghadirkan Narasumber antara lain, Taryaningsih Ketua Yayasan Penyandang Disabilitas "Neema" Kabupaten Trenggalek, Linda Nursanti Sutradara Film More Than Home, dan Budi Prasetyo Ketua NPCI dan PPDI Kota Blitar.
Setelah pemutaran film dilanjutkan dengan sesi diskusi dengan Narasumber, agar diperoleh pengetahuan dan pemahanan terkait desain inklusif. Budi Prasetyo Ketua NPCI dan PPDI Kota Blitar menyampaikan harapannya "untuk bentuk pembangunan infrastruktur lebih ramah lagi bagi rekan - rekan disabilitas sehingga akan tercipta kemandirian secara perlahan".
Taryaningsih berbagi pengalaman terkait bagaimana membangun lingkungan yang inklusi di Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek, perjuangan yang sangat panjang untuk mewujudkan "lingkungan yang inklusfif", bukan sekedar financial akan tetapi juga mental, dan hal yang paling besar hambatannya adalah menghapus "stigma" sosial terhadap penyandang disabilitas sehingga dapat terwujudnya kesetaraan dan kesejahteraan yang bermartabat, dengan demikian akan terwujud "budaya inklusi".
Potret masyarakat Desa Prambon dengan lingkungan yang inklusi tersaji dalam film yang berjudul "More Then Home", dengan Linda Nursanti sebagai Sutradara yang menggambarkan sosok "Cokro" yang keseharian hidup di kawasan hunian "neema" sebuah kawasan inklusi yang dibangun oleh Taryaningsih, suka duka, kisah dan cerita dengan mimpi dan cita - cita sebagai warga masyarakat yang bisa berbaur satu dengan yang lainnya secara setara, berkeadilan dan bermartabat.
Praktik desain inklusif menanamkan partisipasi dan merangkul keragaman dalam memecahkan masalah desain. Desain inklusif berbeda dari desain universal dari cara merangkul perbedaan dan mengakui bahwa “satu ukuran untuk semua” dan “solusi universal” tidak selalu tepat atau optimal untuk mendorong inklusi bagi semua orang, semoga pada setiap ruang dan daerah nantinya akan terbuka cakrawala pandang terhadap pentingnya desain inklusif dalam setiap rencana pembangunannya.